1:52 AM

First moment - Kim Chaeerin-

Seoul Gamnam Junior High school, Pertengahan 2006, Upacara masuk SMA
“Hai, lihat anak itu. Di ulzzang yang itu ya?”
“Ya, aku tahu. Dia benar – benar imut seperti yang di foto ya?” dan seharian itu aku selalu mendengar bisik – bisik tentang eksistensiku disekolah ini. Sebenarnya aku merasa kurang nyaman dengan semua ini. Uh.. rasanya aku ingin sekali upacara penerimaan murid baru ini cepat selesai
Dikelas
“Hei kenalkan, namaku Kim Chaerin, senang berkenalan dengan kalian semua. Mohon bantuannya” Sesi perkenalan sudah dimulai dari tadi dan entah kenapa saat aku yang maju, semua teman – temanku begitu gegap gempita terutama yang laki – laki, mereka seolah menantikannya. Aku jadi jengah.
“Hai, Chaerin, kenalkan, namaku..” Dua orang datang menghampiriku saat istirahat.
“Aku tahu kok, namamu Han Seonyong dan Park Harin kan?” mereka terkaget, dan terpana
“Aku bahkan juga hafal nama teman sekelas kok” aku tersenyum lagi
“Ah.. kiyeopta” Harin memujiku
“Gamsahamnida” aku tersenyum dan berlalu. Sepertinya aku ingin cepat pulang.
Di Rumah Chaerin
“Ah, Umma, hari ini begitu melelahkan..” aku berkata dan tersenyum pada wanita disebelahku.
“Oh ya? Sepertinya menyenangkan” Dia tersenyum, sepertinya aku tahu siapa yang harus ‘disalahkan’ atas senyum manis yang ada padaku ini.
“Tidak, mereka menatapku kagum tapi juga seperti takut mendekatiku, uh.. aku harap dua orang itu tidak membuat mereka bertambah takut atau aku yang malah takut pada mereka” kugembungkan pipiku tanda tidak nyaman. Mungkin kalau saja teman – teman disekolahku itu melihatnya tentu mereka akan berteriak “kiyeopta” lagi dan lagi. Tiba – tiba pikiranku teralihkan karena getaran dari tas tangan umma disofa tempatku duduk, pasti itu handphonenya, aku angkat.
“Umma tidak ada oppa, telfon lain kali saja..”
“Ah.. Chaerin~~~~” suara diseberang sana bertambah keras dan manja
“Bogoshipposeo chaerinna~~~, ah, aku ingin menggelitiki adik kecilku. Mana Umma?”
“Entahlah, Masak makan malam mungkin” aku menjawabnya malas – malasan.
“Oh ya, hari ini hari pertamamu sekolahkan? Pasti kau sudah punya banyak penggemar ya?”
“Hahaha, iya, tapi penggemarku sendiri. Mungkin saat mereka tahu aku punya kakak sepertimu dan dia, aku akan punya banyak penggemar lagi” dan Hyung Joon (kakak pertamaku) tertawa keras di sana.
“Aku rasa aku dan Kibum akan membuatmu repot nanti. Uh.. aku tidak tega melihat adikku satu – satunya dijahili oleh para penggemarku”
“Hei kau tahu, Kibum oppa bisa menangis kalau mendengarnya”
“Biarkan, aku lebih menyayangimu Chaerinna~~~”
“Memangnya aku pernah menyayangimu?”
“Waaaaaa, Kibum-ssi, sejak kapan kau ada di situ?” aku terkekeh, hp ditanganku kini sudah berada ditangan kakak laki – lakiku yang lain. Kim Kibum. Dua orang kakak laki – lakiku yang satu itu memang senang sekali berkelahi. Aku terhibur sekali memiliki dua orang kakak laki- laki yang lucu dan baik. Tapi itu dulu, sebelum tiba – tiba Hyung joon oppa menjadi terkenal dengan SS501 nya dan jarang pulang kerumah karena dia tinggal bersama teman – temannya. Dan Kibum oppa pun seakan mengikuti jejaknya dengan XING nya itu. Aku baru menyadari ternyata sekarang mereka begitu digilai oleh banyak wanita.
“Hei sepertinya si cebol mau bicara padamu” Kibum menyerahkan handphone padaku dan aku mendengar dengan jelas bahwa Hyung joon oppa memaki – maki Kibum dengan kata kodok.
“Chae rin, kamu tidak berniat jadi artis kan? Lebih baik tidak saja aku takut nanti saat kamu terkenal aku tidak punya banyak waktu mencubiti pipi adikku lagi”
“Hahahaha, gomawo oppa, saranghae” aku tersenyum
“Saranghae chaerinna~~ bye!!!” Uh Andaikan mereka tahu betapa aku juga takut tidak bisa memeluk dan bermanja – manja dengan 2 kakak laki – laki itu lagi. Juga betapa takutnya aku dibanding - dibadingkan dengan mereka.
Flashback
“Hyung joon, Kibum lihat kemari” mama menyuruh kedua anak lelakinya yang berumur 10 dan 7 tahun itu menoleh ke arahnya di sebuah wisata keluarga. Dan mereka langsung pasang gaya. Kibum yang jauh lebih kurus dan tinggi di banding kakaknya itu berkacak pinggang, sedangkan hyung joon menggebungkan pipi dan mncebik. Ibu itu tersenyum, agak sedkit bangga punya anak – anak yang fotogenik dan tampan.
“Chaerinna, lihat kemari sayang…” setelah itu ia memanggil anak perempuannya, dan anak perempuannya itu menoleh dan tersenyum. Memperlihatkan deretan gigi yang rapi dan putih, dengan mata seperti boneka yang membulat. Saat melihat hasilnya ia tersenyum. Anaknya yang satu itu lebih fotogenik dari kedua kakaknya. Seolah lensa kamera yang membidiknya selalu bisa menangkap senyum gadis kecil itu. ‘Kalian semua pasti jadi orang hebat’ dan lagi – lagi ibu itu tersenyum.
September 2006
Diperjalanan pulang dari sekolah, aku melihat ada kerumunan di dekat rumahku. Banyak anak sebayaku berbaris disana, bahkan diantaranya masih memakai seragam, aku berlalu saja, tidak begitu tertarik dengan keramaian, sampai tiba – tiba.
“Iya, senyum..” ada kamera Tv dan penyiar, dan aku terlanjur tersenyum saat kamera itu membidik sang penyiar yang memang berdiri didepanku.
“Chagaman, chagaman..” orang yang berdiri di belakang kameramen itu tiba – tiba berjalan kearahku, aku menuduk.
“Sepertinya aku pernah melihatmu, dimana ya” aku tetap menunduk dan menggeleng.
“Ah.. tidak penting, kamu ikut casting di sana?”Orang itu (yang ternyata dari M-net, terlihat dari rompi jaket yang digunakannya) menunjuk ke keramaian itu dan aku menggeleng lagi. Tapi rupanya dia tidak melihat gelenganku dan malah menarikku masuk kedalam, melewati barisan tadi.
“PD nim, lihat siapa yang aku bawa..” orang tadi membawa aku keruangan seperti studio, dindingnya berwarna coklat muda, disana hanya ada 4 kursi, dan satu kursi diantaranya diisi oleh sosok yang sangat kukenal.
‘Rain oppa’ Jeritku dalam hati. Wah, kok bisa ada orang sehebat itu disini. Yang hanya 4 blok dari tempatku tinggal. Sementara aku sibuk dengan pikiranku tentang Rain oppa, lelaki yang membawaku kesini malah sibuk berbicara dengan orang yang duduk di sebelah Rain dan menunjukkan sesuatu. Tiba – tiba terdengar deheman dari laki – laki itu.
“Boleh kami tahu namamu?” aku melihat kearah orang yang bicara itu, sambil menunjuk diriku sendiri.
“Ya, kamu” Wanita yang disebelahnya sepertinya tidak sabar.
“Chaerin, Kim Chaerin”
“Wah kamu yang dulu kids ulzzang itu ya?” Tiba – tiba lelaki yang bertanya padaku itu setengah berteriak , wah muncul lagi pertanyaan itu. Aku mengangguk dengan berat hati.
“Aku tahu Cyworldmu, ramai sekali. Ternyata aslinya jauh lebih cantik” kata – kata orang itu malah jadi terkesan mesum ditelingaku, walaupun begitu aku tetap tersenyum.
“Kamu bisa akting?” aku menoleh, kali ini suara orang yang aku kagumi , Rain.
“Aku belum pernah mencobanya” aku menjawab, sepertinya suaraku pelan sekali. Tertahan di tenggorokanku
“Kalau bernyanyi?” Rain bertanya lagi. Aku melihat kearah 3 orang yang ada bersama rain plus orang yang membawaku kesini. Mereka semua terlihat bingung dengan Rain
Tanpa sadar aku membuka mulutku, lagu dari Byul dengan lancarnya meluncur dari mulutku
I think I love you kuron gwabayo
Cause I miss you Kudaeman omsumyon
Nan amugotdo mo-thago jakku saeng gang nago iron gon bumyon amuraedo
I’m Falling for you nan mullat jimman
Now I need you onu saen ga nae mam
Kibun gose aju kuke jarichamun
Kudaeye mosubul ijen puwayo
Aku berhenti. Melihat kearah mereka yang terdiam, lalu wanita yang tadi berdehem
“Bisa kami ambil 1 satu gambarmu, silahkan kamu lihat ke kamera itu” Ia menunjuk kamera mana yang harus dilihat “Kamu tinggal berakting sesukamu” lanjutnya dan tiba – tiba kameramen langsung mengambil gambar, dan kenapa aku secara otomatis langsung tersenyum dan memamerkan gaya imutku. Mereka berbincang sebentar dan kemudian,
“Sayangnya kamu terlalu imut, sehingga kami tidak bisa menerimamu” Suara wanita itu memecah keheningan. Hah, aku tidak habis pikir, apa sih maksudnya ini semua, aku ditarik kesini, disuruh menyanyi, disuruh berakting depan kamera dan dibilang tidak bisa diterima. Yang Jelas karena ketidakmengertianku itu aku malah melangkah keluar dengan cepat, tapi sejurus kemudian tiba – tiba Rain oppa menahanku
“Boleh aku tahu alamat emailmu?” entah karena pesonanya atau apa dengan cepat aku menyebutnya, lalu aku berjalan keluar dengan muka memerah antara marah karena ketidak mengertianku dank arena malu. Yang aku tidak tahu, Rain oppa menyimpan alamat emailku dengan nama : Next Star.

0 komentar: